Showing posts with label My Notes. Show all posts
Showing posts with label My Notes. Show all posts

Wednesday, 22 January 2014

GEMARIKAN (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan)

Apa Itu GEMARIKAN ?

Gerakan Memasyaraktkan Makan Ikan (GEMARIKAN) adalah gerakan moral yang memotivasi masyarakat untuk mengkonsumsi ikan secara teratur dalam jumlah yang disyaratkan bagi kesehatan agar terbentuk manusia Indonesia yang sehat, kuat dan cerdas.

Mengapa Harus Makan Ikan ?
1. Ikan Mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi dan lengkap.

2. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak anak dimana mengandung DHA pada daging ikan dapat meningkatkan kecerdasan anak dan kesehatan mata, AA pada daging ikan berfungsi untuk pertumbuhan dan kekebalan tubuh dari penyakit, EPA dan DHA dapat menurunkan kolesterol dalam hati dan jantung.
3. Nilai protein ikan sangat tinggi, ikan mengandung protein yang lebih lengkap dibanding dengan protein hewani lainnya. Protein dalam tubuh ikan mengandung 20 asam amino penting terutama lysis, valin dan methionin. Protein ini berguna untuk pertumbuhan badan, mempertahankan dan memelihara kesehatan tubuh serta mencerdaskan otak.
4. Kandungan asam amino esensial sangat tinggi. Asam lemak tidak jenuh Omega 3 berfungsi untuk proses tumbuh kembangnya sel-sel otak yang sangat baik bagi tumbuh kembang otak anak. Omega 3 juga mempunyai kemampuan 2-5 kali untuk melawan kolesterol, memperlancar peredaran darah sehingga dapat mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah yang merupakan penyebab penyakit jantung koroner. Omega 3 juga dapat mengurangi tekanan darah dan mencegah penyakit kulit serta mengurangi peradangan.
5. Kandungan kolesterol rendah.

Makan Ikan Harus Dibiasakan Sejak Dini
1. Daging ikan mudah dicerna. Mulai dari balita sampai dengan lansia dapat menikmatinya. Penyerapan protein pun tingkat cernanya sangat tinggi. Sehingga baik bagi anak-anak yang memiliki pencernaan yang agak bermasalah.
2. Diversifikasi olahan ikan pun sangat beragam. Diversifikasi ini mampu menarik anak-anak untuk menyukai mengkonsumsi ikan. Selain karena mudah dimakan, rasanya yang lezat, olahan yang beragam, dan cepat dapat disajikan.
3. Rasanya enak dan gurih sesuati dengan selera anak.
4. Mengandung asam amino essensial dan asam lemak omega 3.

Ciri-ciri Ikan Segar
1. Mata terang, bening, menonjol dan cembung.
2. Warna kulit cemerlang, sisik kuat dan mengikat.
3. Daging elastis dan kenyal.
4. Bau ikan segar dan spesifik (khas).

Jenis-Jenis Komoditas Perikanan
1. Ikan laut : tuna, kakap merah, kembung, cumi-cumi, udang, dll.
2. Ikan air tawar : ikan mas, nila, gurame, lele, patin, bawal, dll.
3. Ikan air payau : bandeng, udang dll.
4. Kepiting, rajungan, kerang, rumput laut, dll.







Read More... GEMARIKAN (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan)

Tuesday, 23 July 2013

KERANGKA PENYUSUNAN RENCANA ZONASI RINCI KABUPATEN/KOTA

UU No. 27 Tahun 2007 Pasal 5 (Lima) menyatakan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan : perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian. Perencanaan Pengelolaan WP3K terdiri dari Rencana Strategis, Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan dan Rencana Aksi Pengelolaan (UU No. 27 Tahun 2007 Pasal 7 ayat 1). Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota menyusun rencana strategis WP-3-K yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan/atau komplemen dari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Hal ini tertuang pada peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 16/2008 pasal 5 ayat 1. Rencana Zonasi terdiri dari Rencana Zonasi (RZ) Provinsi, Rencana Zonasi Kabupaten/Kota, Rencana Zonasi Rinci (RZR) Kabupaten/Kota. Pemerintah Daerah wajib menyusun semua rencana sesuai dengan kewenangan masing-masing (UU No. 27/2007 Pasal 7 Ayat 3). Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi atau disebut RZWP-3-K Provinsi adalah merupakan arahan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi di lingkup wilayah provinsi yaitu 4 sampai dengan 12 mil. 

RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI (RZ WP-3-K PROVINSI)

 Tahapan Penyusunan RZ WP-3-K Provinsi :
  1. Pembentukan Kelompok Kerja
  2. Pengumpulan Data
  3. Survey Lapangan
  4. Identifikasi Potensi Wilayah
  5. Penyusunan Dokumen Awal
  6. Konsultasi Publik
  7. Penyusunan Dokumen Antara
  8. Konsultasi Publik
  9. Penyusunan Dokumen Final
  10. Penetapan.
KERANGKA PENYUSUNAN RENCANA ZONASI RINCI

 Muatan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (WP-3-K) Rinci Kabupaten Kota :
  1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang WP-3-K Rinci Kabupaten/Kota.
  2. Rencana Struktur Ruang WP-3-K Rinci Kabupaten/Kota
  3. Rencana Pola Ruang WP-3-K Rinci Kabupaten/Kota
  4. Penetapan Kawasan Strategis WP-3-K Rinci Kabupaten/Kota
  5. Arahan Pemanfaatan Ruang WP-3-K Rinci Kabupaten Kota.
  6. Indikasi Program Utama Rinci Kabupaten/Kota
  7. Rekomendasi Terhadap RTRW Rinci Kabupaten/Kota
  8. Ketentuan pengendalian Pemanfaatan Ruang WP-3-K Rinci Kabupaten / Kota.

Read More... KERANGKA PENYUSUNAN RENCANA ZONASI RINCI KABUPATEN/KOTA

Wednesday, 17 July 2013

Global Warming Threatens Indonesia Archipelago's



Climate change is a chemical composition from the atmosfer who experienced a change in line with the addition of greenhouse gases, especially carbon dioxide, methan and nitrous oxide,
where the ability to filtering out the heat from the gas is not functioning. The gas additions have increased the ability to capture heat in the earth's atmosphere.

Based on the research, climate change has resulted in an increase in its global gas emission rate, increase in temperature and also the increase in sea level, it's all an indication that climate change more rapidly toward a global society. climate change has come slowly in the long term period, between 50-100 years.
though slowly, the impact is affect the earth's surface become heater. 

The following is data from the IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) which describes the condition of the climate change that occurred at this time that there has been an average temperature rise of 0.76 degree between the period 1850 to 2005. 11 of the last 12 years (1995-2006), were years with an average temperature of the warmest since temperatures were first measured in 1850. Global sea level rise by an average of 1.8 mm per year between 1961 to 2003 period. And has a more intense drought in the wider region since the 1970s, especially in the tropics and sub​​-tropics, because of rising world temperatures could melt ice in the polar regions.


According to the IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), in the last 100 years there has been an increase in sea level of 10-25 cm. Meanwhile, according to the Greenpeace report, approximately in 2100 the sea water will be increased as high as 19-95 cm. Increase in sea level of 1 meter would result in the loss of the island or the mainland in the world as an example of the loss of 1 percent of the land of Egypt, 6 percent of Netherlands, 17.5 percent of Bangladesh land and 80 percent of atolls in the Marshall Islands and the threatens sinking island in Fiji, Samoa, Vanuatu , Japan, the Philippines, and Indonesia. This means that tens of millions of people living in coastal areas will be evacuate to the higher ground.According to the Indonesian Ministry of Marine Affairs and Fisheries (2009), coastal areas and small islands will sink a 100 years from now covers an area of ​​475 905 hectares, an average loss of land or island amounted to 4.76 hectares per year.Climate change will bring disaster for Indonesia's 41 million people live in coastal areas with a height of below 10 meters. Sinking fish and shrimp ponds in Karawang and Subang West Java has resulted in a loss of half a million U.S. dollars. Sea level rise has sunk 26 thousand fish ponds in the watershed (DAS) Citarum. Rising sea temperatures have damaged coral reefs and islands in the West Bali Pari on El-Nino event in 1997-1998.Climate change has yet to be resolved properly assessed can threaten the existence of the islands in Indonesia. Currently, the number of islands has been much reduced from 17,504 to 17,480 island. This means that, already 24 islands disappear from the earth's surface and if not anticipated, it is possible, in 2030, Indonesia will lose about 2,000 islands again.Sea organism which very vulnerable to climate change are animals that make up coral reef ecosystems. Coral reefs is a marine ecosystem that has a big role for marine organisms living. Global climate change will also have a direct impact on the existence of this ecosystem. Island states must come up with a strategy of adaptation to global climate change. Climate change is spurring global warming has a very harmful to the survival of marine life.There have been many cases of coral bleaching. This is the case all over the world including Indonesia, especially Indonesia is the center of diversity of coral species. Coral bleaching is triggered by rising sea temperatures, so that zooxantella organisms that live in symbiosis with the coral animal tissue out so coral death. In addition, the high content of carbon dioxide in the air will trigger change of degree of acidity (pH) of seawater, thereby disrupting the metabolism of the coral animals that impaired growth.Widespread coral damage due to an increase in sea water temperature will have implications to the lives of other living organisms interact with coral reefs, including fish that are mostly economical for humans.


Some things need to be done by all stakeholders in order to adaptation to global climate change include lobbying international agreements related to the emissions generated by industrial activities, there must be an agreement to work together to reduce the level of gas emissions. Besides, local government policies should also focus on the adaptation process, for example by establishing Marine Protected Area (MPA) and the Coastal Zone Management as well as partnership and cooperation between the central government and the regions and even between regions.
Read More... Global Warming Threatens Indonesia Archipelago's

Sunday, 5 June 2011

Posisi Strategis Indonesia dalam World Ocean Conference (WOC) Manado

( Oleh : I Nyoman Budi Satriya)

(This Article also Published in http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20090505071527)

Seiring akan digelarnya WOC (World Ocean Conference) dan CTI (Coral Reef Triangle Initiative) di Manado pada tanggal 11-15 Mei 2009, yang akan diikuti  setidaknya 4900 peserta dari dalam dan luar negeri serta perwakilan dari 121 negara, Indonesia dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting selaku posisinya sebagai tuan rumah, Indonesia hendaknya memainkan peranan lebih besar  terutama dalam hal membahas beberapa isu sentral di bidang kelautan, yang terkait dengan masalah lingkungan laut, terutama masalah ancaman pemanasan global dan perubahan iklim. 
  
World Ocean Conference
 (WOC) merupakan pertemuan tingkat tinggi kepala pemerintahan yang memiliki wilayah laut dan pantai atau menjadi bagian dari komunitas kelautan dunia, yang diadakan untuk membahas masalah-masalah kompleks yang berkaitan dengan dunia kelautan internasional, seperti penurunan secara kualitatif dan kuantitatif sumberdaya kelautan dan perikanan, antara lain, terjadi penangkapan yang berlebihan, pencemaran laut dan global warning, laut sebagai harapan masa depan yang diterima secara absolut untuk menunjang masa depan (perubahan paradigma), dan kecenderungan terjadinya masalah geopolitik yang bersumber dari laut. 
     
Hadirnya WOC di Manado diharapkan sebagai momentum kebangkitan negara-negara kepulauan dan pantai di seluruh dunia dengan dirumuskannya kebijakan yang memberikan harapan baru terhadap pembangunan, pengembangan kelestarian lingkungan hidup dan sumberdaya kelautan, dan revitalisasi konsep pembangunan kelautan di seluruh dunia. Indonesia dalam hal ini berhak mengupayakan kepentingan strategis jangka panjang sehingga memperjelas peranan Indonesia dalam kancah kebijakan kelautan perikanan dunia yang menguntungkan bagi kelangsungan dan kelestarian sumberdaya lautnya, WOC merupakan peluang emas bagi Indonesia selaku tuan rumah untuk secara lebih utuh dan menyeluruh memperjuangkan kepentingan nasionalisme, politik, dan pertahanan keamanan, melalui upaya diplomasi luar negeri.
     
Dikoreksinya panjang garis pantai Indonesia oleh PBB pada tahun 2008 lalu yang semula 81.000 km menjadi 95.181 kilometer (www.dkp.go.id), makin memperkuat eksistensi Indonesia sebagai salah satu negara maritim besar di dunia, yang memiliki garis pantai terpanjang keempat setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia, tapi dalam rangka perumusan kebijakan internasional posisi Indonesia belumlah cukup berperan, terbukti walaupun Indonesia ikut membidangi kelahiran World Trade Organization (WTO) pada tahun 1993, posisi negara-negara berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia mengalami kemunduran karena akhirnya menerima liberalisasi lebih luas di sektor kelautan dan perikanan yang dicanangkan WTO, sehingga, eksploitasi sumberdaya perikanan untuk kebutuhan ekspor ini mengabaikan ancaman krisis ikan nasional maupun global, dan sangat kontraproduktif  dengan kebutuhan dasar nelayan tradisional kita yang hidup di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dalam hal pemenuhan hak mereka terhadap akses dan kontrol sumberdaya pesisir dan laut, menuju kesejahteraan yang lebih baik.     

Masalah-masalah seperti inilah yang sangat relevan untuk dijadikan salah satu wacana atau topik yang harus dirundingkan, dimana Indonesia dapat menjadi wakil dari negara-negara berkembang, untuk menyuarakan kepentingan dan aspirasi mereka, sehingga tidak terus menerus didikte oleh negara-negara maju, yang kerap memenuhi konsumsi produk-produk perikanan dalam negerinya dengan memojokkan negara-negara berkembang yang memiliki potensi kelautan besar seperti Indonesia.           
     
Di sisi lain, adanya asumsi atau anggapan bahwa konferensi kelautan dunia ini menjadi pijakan bagi Negara-negara kelautan maju untuk lebih memperkuat dominasinya dalam eksploitasi perikanan di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Terlepas dari benar tidaknya asumsi tersebut, mari kita melihat konsep awal diselenggarakannya WOC ,yaitu memfokuskan pembahasan pada agenda-agenda kelautan yakni ; Tata kelola kelautan (Ocean governance), Pengelolaan lingkungan laut berkelanjutan (Ocean environment and sustainability), Mitigasi Bencana laut (ocean disaster mitigation) dan  laut sebagai harapan masa depan (Ocean as the next Frontier), sedangkan agenda-agenda lain yang dipandang lebih layak untuk dibahas sebagai isu-isu kelautan yang menyentuh kehidupan lapisan masyarakat bawah seperti nelayan dan masyarakat pesisir malah tidak masuk dalam agenda sama sekali, seperti kerusakan ekosistem pesisir dan terumbu karang, yang lebih banyak disebabkan oleh kecerobohan dan ketidaksadaran manusia dalam hal pengelolaannya. Isu-isu lingkungan seperti ini hendaknya ditindaklanjuti dengan arif dan bijak, sehingga dicapai jalan keluar permasalahannya. Pemerintah Indonesia malah lebih mengarahkan pembahasan pada agenda pembangunan skema pendanaan bagi isu penyelamatan perubahan iklim melalui sektor kelautan, yang rawan terkait dengan bidang-bidang lain, serta menimbulkan tarik menarik kepentingan nasional masing-masing negara, sehingga negara-negara maju cenderung untuk tetap ingin memelihara dan mempertahankan hegemonitasnya terhadap dunia kelautan negara-negara berkembang.             
     
Jadi dalam kapasitasnya sebagai tuan rumah, Indonesia mesti mampu secara lebih aktif menggiring perundingan-perundingan WOC yang menguntungkan bagi Indonesia, bagi penyelamatan wilayah pesisir dan kelautan yang lebih konkret dan riil bagi keselamatan kehidupan rakyat, dan keberlanjutan jasa pelayanan lingkungan.
Read More... Posisi Strategis Indonesia dalam World Ocean Conference (WOC) Manado